Apa isi Perjanjian Roem Royen?
Tambahan Materi dan Jawaban Tema 7Kelas 5 Subtema 2 Halaman 127, 133, 134, 136, 137, 138
Peristiwa-peristiwa heroik banyak terjadi di daerah-daerah setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Para pejuang dengan gagah berani dan pantang menyerah berusaha mengusir Jepang dari Indonesia
Semangat dan suka cita menyambut Proklamasi Kemerdekaan sangat terasa di seluruh penjuru Indonesia. Semangat tersebut diikuti oleh keinginan yang kuat untuk mengusir Jepang dari Indonesia. Seberapa pun kuatnya tentara Jepang yang dipersenjatai lengkap dan modern tidak menyurutkan nyali dan tekad pejuang-pejuang Indonesia. Dengan gagah berani dan jiwa pantang mundur yang berkobar-kobar, pejuang-pejuang Indonesia terus menentang dan melakukan berbagai macam perlawanan terhadap Jepang
1. Mengapa bangsa Indonesia masih harus berjuang lagi mempertahankan kemerdekaannya?
Karena banyak pihak asing yang tidak menyetujui kemerdekaan Indonesia. Pihak-pihak asing tersebut antara lain pihak Sekutu, terutama Belanda dan Inggris. Demikian pula dengan Jepang. Banyak tentara Jepang yang masih tersisa di Indonesia belum mengetahui jika mereka telah kalah dan menyerah kepada Sekutu. Mereka juga belum tahu jika bangsa Indonesia telah merdeka.
2. Apa yang dimaksud perjuangan fisik dan diplomasi?
Perjuanga Fisik adalah perjuangan yang mengandalkan kondisi fisik kedua belah pihak untuk dapat memenangkan perlawanan yaitu dengan menggunakan persenjataan. Perjuangan fisik yang dilakukan oleh rakyat Indonesia dilakukan mulai dari awal dijajah oleh Belanda bahkan saat mempertahankan kemerdekaan Indonesia tahun 1945 - 1949. Perjuangan fisik ini memiliki contoh seperti :
Sebelum Kemerdekaan
· Perang Diponegoro (1825 - 1830) oleh Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah.
· Pertempuran Maluku (1827) oleh Kapitan Pattimura di Maluku
· Pertempuran Banjar (1859) oleh Pangeran Antasari di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Setelah Kemerdekaan
· Pertempuran Medan Area (Agustus 1945 - 1947) di Medan yang dilakukan baik secara gerilya ataupun bertempur langsung.
· Peristiwa Bandung Lautan Api (Maret 1946) dimana rakyat Bandung Selatan lebih memilih membakar rumahnya daripada merelakan rumahnya sebagai pos penjagaan Belanda.
· Pertempuran Surabaya (Oktober - November 1945) di Surabaya oleh Bung Tomo untuk melawan Sekutu.
Sedangkan Perjuangan diplomasi adalah perjuangan yang dilakukan dengan melakukan perundingan untuk mencapai kesepakatan. Banyak dilakukan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia tahun 1945 - 1949. Contoh perjuangan diplomasi ini seperti :
· Perundingan Linggarjati (15 November 1946) di Desa Linggarjati.
· Perundingan Renville (17 Januari 1948) di atas kapal perang USS. Renville milik Amerika serikat.
· Perjanjian Roem - Royen (1949)
· Konferensi Meja Bundar (Agustus - November 1949) sebagai langkah akhir penyerahan kedaulatan Indonesia.
3. Apa yang melatarbelakangi peristiwa Pertempuran 10 November di Surabaya?
Yang melatarbelakangi Terjadinya pertempuran 10 November Di Surabaya adalah:
Pada tanggal 29 September 1945,Tentara inggris yang berada di singapura Mendarat ke kota jakarta yang dipimlin oleh Jendral Sir Philip Christison.Kedatangan Pasukan Tentara inggris ini atas nama sekutu dan bertujuan melucuti senjata tentara jepang ,Tetapi Kedatangan Pasukan tentara inggris Diboncengi Oleh Pasukan Netherlands lndis Civil Administration yang biasa disingkat NICA ,NICA adalah Suatu pemerintahan sipil yang dibentuk belanda dan berpusat di negara Australia,NICA dipimpin oleh Dr.Hj.Van Mook.
Kedatangan dari Pasukan Inggris dan NICA Membuat kemarahan dari rakyat surabaya karena NICA mempersenjatai KNIL.dan Membebaskan KNIL dari tahanan.Oleh karena Itu terjadilah pertempuran 10 November di surabaya.dan tanggal 10 November ditetapkan mejadi hari Pahlawan.
Peristiwa pertempuran pada tanggal 10 November 1945 di Surabaya sebenarnya merupakan dampak yang dipicu oleh peristiwa-peristiwa sebelumnya mulai dari kedatangan pasukan Jepang di Indonesia pada tanggal 1 Maret 1942 yang kemudian melahirkan Perjanjian Linggarjati antara Jepang dan Belanda. Namun hal utama yang menjadi latar belakang pertempuran Surabaya adalah pengibaran bendera Belanda di Hotel Yamato pada tanggal 18 September 1945.
Para pemuda Surabaya yang terkenal dengan sebutan Arek-Arek Surabaya jelas merasa gusar melihat tindakan Belanda yang tidak menghargai dan tanpa izin mengibarkan bendera merah-putih-biru di wilayah Indonesia. Republik Indonesia yang saat itu secara resmi telah memproklamasikan kemerdekaannya, jelas merasa dicemooh oleh tindakan Belanda ini. Arek-arek Surabaya tidak tinggal diam melihat kesewenang-wenangan Belanda di tanah air yang dapat disimpulkan bahwa mereka ingin menancapkan kembali kekuasaannya di Indonesia. Lagi pula kobar semangat Arek-Arek Surabaya yang pada saat itu tengah melakukan aksi pengibaran merah-putih di segala penjuru secara langsung berkumpul di depan halaman Hotel Yamato.
Pada tanggal 18 September 1945 tersebut memang terjadi suatu diplomasi antara pihak Indonesia dan Belanda di dalam Hotel Yamato yakni dengan datangnya Soedirman sebagai wakil Pemerintahan Indonesia dengan dikawal ketat oleh Hariyono dan Sidik untuk berunding dengan Pihak Belanda yang diwakili oleh Mr. Ploegman beserta pasukan. Dalam diplomasi tersebut Belanda menolak untuk menurunkan benderanya dari puncak tertinggi Hotel Yamato dan justru menyerang pihak Indonesia dengan mengeluarkan pistol. Sidik sebagai pengawal dan bertugas menjaga Soedirman tentu secara refleks menyerang kembali Poegman hingga tewas. Namun sayang Sidik sendiri kemudian tewas di tangan pasukan Belanda.
Soedirman bersama Hariyanto yang berusaha keluar mencari perlindungan dari serangan pasukan Belanda akhirnya disambut oleh Arek-Arek Surabaya yang tengah berkumpul di luar hotel. Selanjutnya Soedirman bersama Kusno Wibowo kembali masuk ke dalam hotel dan memanjat tiang bendera untuk merobek warna biru bendera Belanda dan kemudian mengibarkannya kembali menjadi merah-putih.
Hal tersebut menjadi latar belakang pertempuran Surabaya yang kemudian secara berentet terjadi pertempuran pada tanggal 27 Oktober antara Arek-Arek Surabaya melawan Inggris yang pada saat itu memihak Belanda. Pertempuran ini terus terjadi hingga Jenderal Hawthorn meminta Presiden RI untuk meredakan pertempuran. Pada tanggal 29 Oktober. Perjanjian diplomasi antara Indonesia dan Inggris ditandatangani dengan adanya genjatan senjata. Namun pada hari berikutnya karena masih labilnya kondisi psikis para pasukan baik dari Indonesia maupun Inggris kembali terjadi pertempuran antara Indonesia dengan pihak AFNEI/Inggris yang menewaskan Jenderal Mallaby.
Setelah peristiwa yang menewaskan Jenderal Mallaby tersebut pihak Inggris mengutus Robert Mansergh sebagai penggantinya yang kemudian mengeluarkan ultimatum terhadap pihak Indonesia agar para tentara maupun pemuda yang bersenjata menyerahkan diri dengan batas akhir tanggal 10 November 1945 serta menyerahkan senjata mereka sebelum jam enam pagi.
Ultimatum yang dikeluarkan pihak Inggris tersebut jelas membakar amarah para pejuang hingga menolak semua keinginan tersebut. Hari bersejarah tersebut benar-benar datang, pada tanggal 10 November pasukan Inggris secara membabi buta melakukan serangan terhadap pasukan Indonesia dan rakyat di Surabaya. Kendaraan tempur seperti pesawat dan tank milik Inggris semua dikerahkan untuk membungihanguskan Surabaya. Serangan udara dengan menjatuhkan bom di daerah-daerah pemerintahan Surabaya jelas mengakibatkan banyaknya korban jiwa dari pihak Indonesia.
Siapa yang tak marah jika tanah air mereka diusik oleh pihak luar. Hal ini pula yang kemudian melahirkan tokoh-tokoh pejuang seperti Bung Tomo dan K.H. Hasyim Asy’ari untuk mengkoordinasikan semua kalangan mulai dari pasukan bersenjata, para santri, bahkan rakyat sipil semuanya bersatu untuk melawan kesewenangan Inggris.
Pertempuran 10 November 1945 menjadi pertempuran terbesar sepanjang perjuangan Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Ribuan rakyat Indonesia tewas dalam pertempuran tersebut begitu pula dengan pihak Inggris. Pasukan yang didatangkan dari India juga menjadi korban dari pertempuran tersebut.
Tercatat lebih dari 10.000 rakyat Indonesia dan juga pasukan Inggris tewas dalam pertempuran Surabaya. Karena itu pula hingga kini pemerintah Indonesia selalu mengenang peristiwa tersebut dengan memperingatinya sebagai Hari Pahlawan pada tiap-tiap tanggal 10 November.
4. Apa isi Perjanjian Roem Royen?
Perjanjian Roem-Roijen (juga disebut Perjanjian Roem-Van Roijen) adalah sebuah perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang dimulai pada tanggal 14 April 1949 dan akhirnya ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta. Namanya diambil dari kedua pemimpin delegasi, Mohammad Roem dan Herman van Roijen. Maksud pertemuan ini adalah untuk menyelesaikan beberapa masalah mengenai kemerdekaan Indonesia sebelum Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tahun yang sama. Perjanjian ini sangat alot sehingga memerlukan kehadiran Mohammad Hatta dari pengasingan di Bangka, juga Sri Sultan Hamengkubuwono IX dari Yogyakarta untuk mempertegas sikapnya terhadap Pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta, di mana Sultan Hamengku Buwono IX mengatakan “Jogjakarta is de Republiek Indonesie” (Yogyakarta adalah Republik Indonesia).
Pada perjanjian ini delegasi Indonesia diwakili oleh Mohammad Roem. Sementara delegasi Belanda diwakili Herman van Roijen.
Isi dari perjanjian ini sebenarnya lebih merupakan pernyataan kesediaan berdamai antara kedua belah pihak. Dalam perjanjian itu, pihak delegasi Republik Indonesia menyatakan kesediaannya untuk:
· Mengeluarkan perintah kepada “pengikut Republik yang bersenjata” untuk menghentikan perang gerilya.
· Bekerjasama mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertibandan keamanan.
· Turut serta dalam KMB di Den Haag, dengan maksud untuk mempercepat penyerahan kedaulatan yang sungguh dan lengkap kepada Negara Indonesia Serikat dengan tidak bersyarat
Sedangkan pihak delegasi Pemerintah Belanda saat itu menyatakan kesediaannya untuk:
· Menyetujui kembalinya pemerintahan Indonesia ke Yogyakarta.
· Menjamin penghentian gerakan-gerakan militer dan membebaskan semua tahanan politik.
· Tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara yang ada di daerah yang dikuasai oleh Republik Indonesia sebelum 19 Desember 1948, dan tidak akan meluaskan negara atau daerah dengan merugikan Republik.
· Menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat.
· Berusaha dengan sesungguh-sugguhnya supaya KMB segera diadakan setelah pemerintah Republik kembali ke Yogyakarta.
Pada tanggal 22 Juni, sebuah pertemuan lain diadakan dan menghasilkan keputusan:
· Kedaulatan akan diserahkan kepada Indonesia secara utuh dan tanpa syarat sesuai perjanjian Renville pada 1948
· Belanda dan Indonesia akan mendirikan sebuah persekutuan dengan dasar sukarela dan persamaan hak
· Hindia Belanda akan menyerahkan semua hak, kekuasaan, dan kewajiban kepada Indonesia
Atau bisa dilihat dari bacaan dihalaman 132 isi Perjanjian Roem Royen:
1. Pemerintah Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta.
2. Menghentikan gerakan militer dan mengembalikan tawanan.
3. Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat.
4. Akan segera dilaksanakan Konferensi Meja Bundar.
5. Apa yang dimaksud agresi militer Belanda? Kapan terjadinya?
.
0 Response to "Apa isi Perjanjian Roem Royen?"
Post a Comment